0
Home  ›  Dimensi Paralel  ›  Fiksi Ilmiah  ›  Fisika Teoritis  ›  ilmuwan  ›  Kosmologi  ›  Mekanika Kuantum  ›  Multiverse  ›  Pop Culture  ›  Teori Relativitas

Mengungkap Rahasia Multiverse: Dari Layar Lebar ke Teori Ilmuwan

"Multiverse (atau multisemesta dalam Bahasa Indonesia) adalah konsep yang mengusulkan bahwa ada lebih dari satu alam semesta."

Ilustrasi multiverse


Konsep multiverse atau multisemesta kini tengah hangat diperbincangkan, tak lepas dari kepopuleran film-film fiksi ilmiah seperti yang dihadirkan dalam Marvel Cinematic Universe. Film-film ini memicu rasa penasaran banyak orang: benarkah multiverse itu ada di dunia nyata?


Multiverse adalah sebuah hipotesis yang menggambarkan kemungkinan adanya beberapa kumpulan alam semesta, termasuk alam semesta tempat kita tinggal saat ini. Bersama-sama, seluruh alam semesta ini mencakup segala sesuatu yang ada, mulai dari ruang, waktu, materi, energi, hingga hukum fisika dan konstanta yang menggambarkannya. Alam semesta lain dalam multisemesta sering disebut sebagai alam semesta paralel atau dunia paralel.


Istilah multiverse pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Amerika bernama Hugh Everett III pada tahun 1954. Dalam tesisnya, Hugh Everett mengungkapkan gagasan bahwa alam semesta kita mungkin hanya salah satu dari alam semesta yang jumlahnya tak terhitung, yang terbentuk akibat efek kuantum yang terus-menerus menyebabkan alam semesta terbelah. Menurut teorinya, multisemesta ini dipenuhi dengan "salinan" diri kita, yang merupakan versi lain dari diri kita di alam semesta yang berbeda. Konsep Hugh Everett ini juga dikenal sebagai Teori Banyak Dunia (Many Worlds Theory).


Para ilmuwan telah mengajukan berbagai teori yang mendukung kemungkinan adanya multiverse. Beberapa teori yang paling menonjol meliputi:

  • Alam Semesta Tak Terbatas (Infinite Universe): Teori ini didasarkan pada kemungkinan bahwa ruang-waktu berbentuk datar dan membentang tanpa batas. Jika ruang-waktu memang tak terbatas, maka susunan partikel yang terbatas di dalamnya akan berulang di waktu tertentu, yang berarti versi lain dari diri kita mungkin ada di tempat lain di alam semesta yang sama yang tak terbatas ini.
  • Alam Semesta Gelembung (Bubble Universe): Berasal dari Teori Inflasi Abadi, teori ini menyatakan bahwa alam semesta kita hanyalah satu "gelembung" yang berhenti mengembang seperti saat Ledakan Dahsyat membentuk alam semesta kita. Namun, di area lain, inflasi mungkin terus berlanjut, menciptakan gelembung-gelembung alam semesta baru yang terus bertambah besar. Alam semesta lain dalam teori ini bisa memiliki hukum fisika yang sangat berbeda dari kita. Teori ini dikemukakan oleh kosmolog Alexander Vilenkin.
  • Alam Semesta Putri (Daughter Universe) atau Teori Banyak Dunia: Sesuai dengan gagasan awal Hugh Everett, teori ini berakar pada mekanika kuantum. Ia meyakini bahwa alam semesta terus menciptakan "salinan" atau cabang untuk setiap kemungkinan hasil dari suatu situasi. Jadi, jika di alam semesta ini Anda memutuskan membaca buku, di alam semesta lain Anda mungkin melakukan hal yang sama, atau melakukan aktivitas lain seperti menulis esai atau berkebun.
  • Alam Semesta Matematika (Mathematical Universe): Teori yang dicetuskan oleh Max Tegmark ini menyatakan bahwa struktur matematika dapat berubah tergantung di mana seseorang berada, dan bahwa struktur matematika ini dapat eksis secara independen. Tegmark juga mengusulkan empat tingkatan multiverse, mulai dari alam semesta di luar cakrawala kosmik kita hingga struktur matematika yang sepenuhnya berbeda.
  • Dunia Paralel (Parallel Universe): Teori ini paling populer dan menggambarkan kehidupan manusia beserta alam semesta lainnya yang berjalan berdampingan. Ahli kuantum meyakini bahwa dunia paralel baru tercipta setiap saat. Menariknya, diyakini bahwa masing-masing dunia tidak menyadari keberadaan dunia lainnya, dan tidak ada yang dapat memastikan dunia mana yang sebenarnya nyata.


Konsep multiverse juga sangat berkaitan dengan Teori Inflasi, yang menggambarkan periode ekspansi alam semesta yang sangat cepat sesaat setelah terbentuk. Ide muncul bahwa ketika inflasi berakhir di wilayah alam semesta kita, ia mungkin terus berlanjut di wilayah lain yang jauh lebih jauh, terus menciptakan alam semesta individu lainnya.


Lantas, apakah multiverse benar-benar nyata? Hingga saat ini, keberadaan multiverse masih merupakan hipotesis dan perlu diteliti serta dikaji lebih lanjut. Namun, para ilmuwan memiliki alasan teoritis dan filosofis yang mendukung gagasan ini.


Secara teoritis, konsep ini berhubungan erat dengan fisika kuantum, sebuah bidang yang mempelajari materi dan energi pada tingkat partikel terkecil. Menurut astrofisikawan Neil deGrasse Tyson, prediksi yang dihasilkan dari prinsip fisika kuantum telah diuji dan terbukti benar adanya.


Secara filosofis, alam semesta tampaknya tidak menciptakan sesuatu hanya satu. Misalnya, Bumi bukanlah satu-satunya planet, dan galaksi Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi. Dengan logika ini, tidak mustahil jika ada lebih dari satu alam semesta. Selain itu, ada argumen yang disebut prinsip antropik, yang menyatakan bahwa beberapa aspek alam semesta kita tampak sangat pas untuk mendukung kehidupan. Multiverse bisa menjelaskan ini dengan adanya cukup banyak alam semesta dengan variasi hukum fisika sehingga setidaknya satu di antaranya memungkinkan munculnya kehidupan kompleks.


Namun, konsep multiverse ini juga mendapat kritik keras. Banyak yang melihatnya sebagai spekulasi atau filsafat daripada sains, terutama jenis multiverse yang terpisah sepenuhnya. Sulit untuk mendefinisikan apa itu kehidupan atau apa yang dibutuhkan di alam semesta lain, dan sulit pula menghitung kemungkinan kemunculan kehidupan di berbagai jenis alam semesta. Fisikawan teori Brian Greene menekankan bahwa gagasan multiverse masih sangat spekulatif dan jauh dari fakta ilmiah.


Sebagai penutup, penting untuk dicatat bahwa teori terbentuknya alam semesta kita yang paling banyak dipercaya adalah Teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta terbentuk dari ledakan besar sekitar 13,7 miliar tahun lalu dari atom raksasa yang sangat padat. Menariknya, beberapa ilmuwan muslim meyakini bahwa konsep ini sesuai dengan penjelasan dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 30, yang menggambarkan langit dan bumi pada awalnya padu kemudian dipisahkan.


Meskipun multiverse masih menjadi misteri yang menunggu pembuktian, eksplorasi konsep ini terus mendorong batas pemahaman kita tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya.

Abdul Rasyid
Saya adalah seseorang yang gemar berpikir dan menggali makna dari hal-hal di sekitar. Ketertarikan saya meliputi sains, teknologi, teori fisika, dan berbagai topik menarik lainnya. Bagi saya, belajar adalah perjalanan tanpa akhir—dan setiap pertanyaan adalah langkah awal menuju pemahaman yang lebih dalam.
Posting Komentar
Additional JS